Kamis, 02 Februari 2012

JENIS JENIS PENINGGALANMASA PRASEJARAH SENI LUKIS, SENI HIAS, SENI KRIYADAN BANGUNAN MEGALITIK MAKALAH

JENIS JENIS PENINGGALANMASA PRASEJARAH SENI LUKIS, SENI HIAS, SENI KRIYADAN BANGUNAN MEGALITIK MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Sejarah Kebudayaan IndonesiaYang dibimbing oleh Ibu Fenny Rochbeind. Oleh:Kharisma Nuqi Verdinawati Satata
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIKJUNI 2011
BAB I PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Perkembangan seni rupa Indonesia erat sekali kaitannya dengan perjalanan sejarah Indonesia, mengingat karya-karya seni rupa adalah hasil budi daya bangsa Indonesia sendiri. Sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia itu ditemukan banyak karya-karya seni dari usia yang sangat tua sampai yang termuda. Jadi sejarah seni di Indonesia telah melewati kurun waktu yang sangat panjang mulai masa prasejarah (primitif) sampai masa sejarah (modern).Peninggalan-peninggalan karya seni di masa prasejarah coraknya sangat sederhana atau primitif, sejalan dengan taraf hidup bangsa Indonesia pada zaman itu. Mereka hidup secara meramu dan berburu serta tinggal dalam gua-gua atau di atas pohon-pohonan. Menurut Prijohutomo (1951), nenek moyang bangsa Indonesia 5000 tahun yang lalu tinggal dalam gua-gua dan gubuk-gubuk yang terbuat dari kayu, cabang-cabang, ranting-ranting dan daun-daun. Perkakasnya dari batu kasar dan pakaiannya dari kulit kayu. Mereka belum pandai bercocok tanan dan menenun kain. Berdasarkan beberapa sisa-sisa lukisan atau gambar-gambar yang tergores pada dinding-dinding gua bekas hunianya dapat diketahui seni lukis telah ada sejak zaman itu.yang ditemukan bertebaran diseluruh pelosok kepulauan nusantaraDalam tradisi megalitik keindahan merupakan sesuatu yang penting dimana keindahan suatu obyek megalitik dipengaruhi oleh maksud dan tujuan pembuatan obyek itu sendiri, Menurut Soemijati A.S. dikatakan karya seni prasejarah ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung penampilannya, faktor-faktor tersebut adalah kepercayaan sehingga karya seni tersebut penggambarannya kurang memperhatikan kekuatan anatomi serta posisinya.Dari penjelasan di atas, dalam makalah ini akan membahas pokok-pokok dari jenis-jenis peninggalan pada masa prasejarah yang meliputi seni lukis, hias, kriya dan bangunan megalitik.

B. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Menjelaskan tentang jenis jenis peninggalan masa prasejarah berupa seni lukis
2. Menjelaskan tentang jenis-jenis peninggalan masa prasejarah berupa seni hias
3. Menjelaskan tentang jenis-jenis peninggalan masa prasejarah berupa seni kriya
4. Menjelaskan tentang jenis-jenis peninggalan masa prasejarah berupa bangunan megalitik

BAB II PEMBAHASAN
Zaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman LogamA. Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar) Jenis Peninggalan – peninggalannya yaitu:
h ada sejah zaman prasejarah dengan ditemukanya tulisan tulisan di dinding-dinding gua di indonesia. Lukisan dinding gua atau dinding karang menggambarkan sebuah kehidupan zaman prasejarah dari segi sosial-ekonomi dan kepercayaan masyarakat. Sikap hidup manusia tergambar di dalam lukisan-lukisan tersebut, dan termasuk juga di dalamnya nilai-nilai estetika dan magis yang bertalian dengan totem dan upacara-upacara yang belum diketahui dengan jelas. Cap tangan dengan latar belakang cat merah mungkin mengandung arti kekuatan atau lambang kekuatan pelingdung untuk mencegah roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap sebagai tanda adat berkabung.Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegan perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)Lukisan pada batu cadas dan kubur batu, antara lain:
  • Situs Tanjung Aro, lukisan orang naik kerbau
  • Situs Kotaraya Lembak hiasan sulur-suluran, binatang melata, lingkaran consentris
  • Situs Tegur wangi dipahatkan gambar orang berlari sambil bawa nekara di punggung, serta terdapat semacam sinar dan sayap. Pada bagian dinding bawah batu cadas terdapat tiga buah manusia kangkang dan goresan garis-garis serta lubang – lubang kecil
  • Situs Muara Pinang terdapat goresan berbentuk manusia
  • Situs Gunung Megang dipahatkan padsa batu datar menggambarkan garis – garis berbentuk ikan dan tombak
  • Situs di Tebat Sibentur menggambarkan anggota badan sebatas dada ke bawah.
2. Seni hiasPada jaman batu kegiatan hias menghias telah banyak dilakukan oleh suku-suku bangsa di Indonesia hal itu terbukti dengan ditemukannya sisa-sisa pecahan barang-barang tanah liat yang diperkirakan berasal dari zaman batu muda. Motif-motif hias tersebut digoreskan pada permukaan tanah liat yang masih basah.bentuknya adalah motif hias ilmu ukur yaitu berbentuk segitiga, segitiga kecil dikombinasi dengan lingkaran-lingkaran kecil. Jenis ragam hias yang ditemukan yaitu
a. Ragam hias tumpal
Ragam hias yang menggunakan motif berbentuk segitiga-segitiga kecil dikombinasi dengan lingkaran-lingkaran kecil dsb. Ragam hias ini lebih banyak digunakan pada benda-benda dari tanah liat seperti pada periuk bertutup dari ujung pandang, Sulawesi.
b. Ragam hias pilin berganda atau pilin “S”
Ragam hias ini masuk bersamaan dengan barang-barang perunggu dari Asia Tenggara pada zaman dong son 500SM. Pemakaian ragam hias inidirangkai secara bersambung dan ada kaitannya dengan motif banji atau meander.
c. Ragam hias parang rusak
Ragam hias ini banyak digunakan untuk menhias kain.Dari sisa-sisa ragam hias tersebut menunjukkan bahwa perkembangan seni pada zaman prasejarah telah dimulai, walaupun dalam arti terbatas yaitu goresan dan sapuan warna dalam gua.

3. Seni kriya
a. Kapak Genggam.
Kapak genggam disebut juga dengan kapak perimbas. Alat ini berupa batu yang dibentuk menjadi semacam kapak. Teknik pembuatannya masih kasar, bagian tajam hanya pada satu sisi. Alat tersebut belum bertangkai, dan digunakan dengan cara digenggam. Tempat ditemukan lahat (Sumatera Selatan), Kalianda (Lampung), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), Cabbenge (Sulawesi Selatan), dan Trunyan (Bali).

b. Alat Serpih.
Alat serpih merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk menjadi tajam. Alat tersebut berfungsi sebagai serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Tempat ditemukan : Punung, Sangiran, dan Ngandong, Gombong (Jawa Tengah), Lahat, Cabbenge, dan Mengeruda (Flores).

c. Sumatralith
Nama lain alat tersebut adalah kapak genggam Sumatera. Teknik pembuatannya lebih halus dari kapak perimbas. Bagian tajam sudah pada kedua sisi. Cara menggunakannya masih dengan digenggam. Tempat ditemukan : Lhokseumawe (Aceh) dan Binjai (Sumatera Utara).

d. Beliung Persegi
Beliung persegi merupakan alat dengan permukaan memanjang dan berbentuk segi empat. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi pangkal diikat pada tangkai, sisi depan diasah sampai tajam. Beliung persegi berukuran besar berfungsi sebagai cangkul, sedangkan yang berukuran kecil berfungsi sebagai alat pengukir rumah atau pahat. Tempat ditemukan : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sulawesi.

e. Kapak Lonjong
Kapak lonjong merupakan alat berbentuk lonjong. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi pangkal agak runcing dan diikat pada tangkai. Sisi depan lebih melebar dan diasah sampai tajam. Alat ini digunakan untuk memotong kayu dan berburu.

f. Mata panah.
Mata panah merupakan alat berburu yang sangat penting. Selain untuk berburu, mata panah juga digunakan untuk menangkap ikan. Khusus untuk menangkap ikan, mata panah dibuat bergerigi. Selain terbuat dari batu, mata panah juga terbuat dari tulang. Tempat ditemukan : Gua Lawa, Gua Gede, Gua Petpuruh (Jawa Timur), Gua Cakondo, Gua Tomatoa Kacicang, Gua Saripa (Sulawesi Selatan).
g. Gerabah
Gerabah merupakan perabotan rumah tangga. Pada masa bercocok tanam, alat tersebut masih dibuat secara sederhana, belum menggunakan roda pemutar dan teknik pembakaran yang sempurna. Pada masa perundagian, alat tersebut dibuat dengan teknik lebih maju. Gerabah berfungsi sebagai alat penyimpan (wadah) untuk makanan (berupa perikuk) dan sesajian (berupa cawan berkaki).

4. Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayanKemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambuBangunan megalitik mulai muncul sejak masa bercocok tanam dan terus berlanjut sampai masa perundagian, bahkan berpengaruh terhadap pendirian bangunan bercorak Hindu-Buddha di masa sejarah. Jenis bangunan megalitik antara lain sebagai berikut

1. Menhir
Menhir berupa batu tegak atau tugu. Menhir berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan orang yang telah mati

2. Dolmen
Dolmen berupa meja batu, terdiri atas batu lebar yang ditopang oleh beberapa batu lain. Dolmen berfungsi sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur. Bisanya dolmen ditemukan bersama dengan kubur batu.

3. Sarkofagus
Sarkofagus berupa kubur batu. Bentuknya seperti lesung dan diberi tutup.

4. Kubur Peti Batu.
Kubur peti batu berupa tempat penguburan dalam tanah. Sisi, alas, dan tutupnya terbuat dari papan batu.

5. Waruga
Waruga berupa kubur batu berbentuk kubus dengan tutup berbentuk atap rumah.
Punden berundak berupa bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil. Punden berundak berfungsi
sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Biasanya di tiap tingkat didirikan menhir.

7. Arca
Arca-arca megalitik menggambarkan binatang dan manusia. Binatang-binatang yang biasa digambarkan adalah gajah, harimau, dan monyet.

· Situs Tanjung Aro menggambarkan pahatan seseorang sedang berkelahi melawan ular
· Situs Muara Danau menggambarkan pahatan seorang menggendong anak
· Situs Muara Dua menggambarkan seseorang yang menggendong sesuatu pada punggungnya
· Situs Gunung Megang menggambarkan tokoh manusia yang menindih gajah dalam posisi terlentang
· Situs Tebing Tinggi dipahatkan gambaran orang mengendarai kerbau
· Situs Benua Keling dipahatkan orang naik gajah
· Situs Gunung Megang terdapat arca kepala manusia
· Situs Kota Raya Lembak terdapat arca kepala manusia
· Situs Tinggi hari dipahatkan seseorang sedang duduk dengan menggendong gajah kecil, dan arca babi hutan yang belum selesai, selain itu terdapat menhir yang terdapat tokoh manusia dan buaya.
· Situs Sinjar Bulan terdapat pahatan orang duduk membimbing anak kecil
· Situs Tebat Sibentur dipahatkan seseorang memakai kalung.
· Situs tegur wangi terdapat arca 3 buah
· Situs Tanjung Sirih terdapat arca yang menggambarkan orang naik kerbau, orang memakai helm,dua orang bergendongan dan harimau menekam anak kecil.
· Situs Tanjung Telang terdapat pahatan orang membopong gajah.
· Arca dari situs di Air Purah, melukiskan dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang diikatkan pada hidung kerbau, dan yang lain memegang tanduk kerbau
B. Jaman logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mencetak. 
Jenis-jenis peninggalan :
1. Masa hindu-budha
A. Seni Bangunan
a. Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
· Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
· Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu
· Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
· Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda
· Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian

- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok.

Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran

b. Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai

c. Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb

B. Seni patung
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda-tanda kesucian, yaitu:- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghatiC. Seni hias
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa. oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
· Hiasan mahkota pada atap candi
· Hisana menara sudut pada setiap candi
· Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
· Hiasan makara, simbar filaster,dll

b. Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya
· Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara
· Hiasan flora dan fauna
· Hiasan pola geometris
· Hiasan makhluk khayangan

2. Masa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaanSeni mulai dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang. 
Jenis-jenis peninggalan:
A. Seni Bangunan
1. Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten

2. Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.

3. Makam Arsitektur
makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup

B. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:

1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli

C. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh .


BAB III PENUTUP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar