KOMPONEN PENDIDIKAN
MAKALAH
Untuk memenuhi
tugas matakuliah
Pengantar
Pendidikan
Yang dibimbing
oleh Ibu Pur
Oleh:
Kharisma
Nuqi Verdinawati Satata
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK
JUNI
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Bidang pendidikan termasuk rumpun
ilmu perilaku, khususnya suatu rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia.
Komponen adalah bagian dari suatu
system yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya peran dalam proses
untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem
pendidikan yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses
pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja
pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Ada
Sembilan Komponen yang memungkinkan terjadinya proses atau terlaksananya proses
mendidik yaitu tujuan pendidikan, peserta didik, pendidikan, orang dewasa,
orang tua, guru atau pendidik di sekolah, pemimpin masyarakat dan keagamaan,
interaksi edukatif pendidik dan anak didik, dan isi pendidikan. Kesembilan
komponen tersebut akan dibahas dalam makalah ini.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Pengertian komponen pendidikan ?
2. Komponen pendidikan ?
3. Row input ?
4. Intumen input ?
5. inviromental input ?
6. Hubungan timbal balik antar komponen pendidikan ?
1. Pengertian komponen pendidikan ?
2. Komponen pendidikan ?
3. Row input ?
4. Intumen input ?
5. inviromental input ?
6. Hubungan timbal balik antar komponen pendidikan ?
C.
BATASAN
MASALAH
Dalam masalah yang kami tulis ini hanya membahas tentang
Komponen Pendidikan dari pengertiannya sampai hubungan timbal balik antar
komponen pendidikan.
D.
TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini kami tulis karena
merupakan tugas dari Dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan dan juga
memperdalam pengetahuan kami tentang Komponen Pendidikan.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMPONEN PENDIDIKAN
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki
peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan
sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan,
yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Bahkan dapat diakatan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan
diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
B. KOMPONEN PENDIDIKAN
B. KOMPONEN PENDIDIKAN
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses
pendidikan atau terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni:
1). Tujuan Pendidikan,
2) Peserta Didik,
3) Pendidikan,
4).Orang Dewasa
5).Orang Tua
6).Guru/Pendidik di Sekolah
7).Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
8).Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
9).Isi Pendidikan
1). Tujuan Pendidikan,
2) Peserta Didik,
3) Pendidikan,
4).Orang Dewasa
5).Orang Tua
6).Guru/Pendidik di Sekolah
7).Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
8).Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
9).Isi Pendidikan
1).Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar
tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku
manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan
pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan
praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.
Sebagai
ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah
menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada
dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam
suatu masyarakat (Syaifulah, 1981).
Langeveld
mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan
mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada
nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai
tingkahlaku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan sekaligus akan
menentukan tujuan pendidikan manusia.
Langeveld
mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak
lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian
jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang
ingin dicapai.
Urutan
hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang
terjabar mulai dari :
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional),
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah),
4) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan
5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945),
2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional),
3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah),
4) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan
5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Denga
demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru dalam
pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber
dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
2).Peserta Didik
2).Peserta Didik
Perkembangan
konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan
konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan
peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta
didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada
pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada
dua hal tersebut di atas.
Persoalan
yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak
didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.
Sehubungan
dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa
persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan
tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ?
bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang
dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak
di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang
memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki
kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.
3).Pendidik
3).Pendidik
Salah
satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis
pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas
pada pendidikan sekolah saja. Ditinjau
dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik.
Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal
maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah
(1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang
termasuk kategori pendidik adalah
1) orang dewasa,
2) orang tua,
3) guru/pendidik, dan
4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
4).Orang Dewasa
1) orang dewasa,
2) orang tua,
3) guru/pendidik, dan
4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
4).Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat
umum kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah
sebagai berikut
a.
manusia
yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap
b.
manusia
yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk
cita-cita untuk mendidik
c.
manusia
yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang
akan dipertanggungjawabkan sendiri,
d.
manusia
yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh
inisiatif,
e.
manusia
yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 th,
f.
manusia
berbudi luhur dan berbadan sehat,
g.
manusia
yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan
h.
manusia
yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
5).Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan
pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang
tua sebagai pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan
cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada
orang yang memikirkan tentang pendidikan.
Secara
umum dapat dikatan bahwa semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua
orang tua mampu melaksanakan pendidikan dengan baik. Sebagaimana telah dikemukakan
dalam bahasan di atas, bahwa kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali
tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
6).Guru/Pendidik
di Sekolah
Guru
sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak langsung mendapat
tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu
kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik
persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.
Persyaratan
pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku
yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan
(profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan
pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat
pendidikan yang dapat di pertanggungjawabkan.
7).Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
7).Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Selain
orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan
merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan
pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada
anggota yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas
pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang didasarkan pada
nilai-nilai keagamaan.
8).Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
8).Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi
antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi
antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan
pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan
kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.
Pendidikan
berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam peristiwa pengajaran dimana
seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara beberapa murid membuat
suatu yang menyebabkan terganggunya jalan pengajaran. Kemudian guru tersebut
memberikan peringatan, maka belau
ini telah melaksanakan tindakan berdasarkan kewibawaan. Dengan demikian
tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu bersumber dari orang dewasa sebagai
pendidik, untuk mencapai tujuan pendidikan (tujuan kesusilaan, sosial dan lain-lain)
(Syaifullah, 1982).
Alat
pendidikan adalah suatu situasi atau perbuatan dengan situasi atau perbuatan
tersebut akan dicapai tujuan pendidikan. Tindakan pendidik untuk menciptakan
ketenangan agar tercapai tujuan pendidikan tertentu dalam proses pengajaran,
atau melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, umpamanya
nasihat, teguran, hukuman dan teguran agar anak mau berbakti pada orang tua.
Dalam
interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana pendidikan
dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik yaitu
metode diktatoral metode liberal dan metode demokratis (Suwarno, 1981). Metode
diktatoral bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa perkembagan
manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar manusia, sehingga pendidikan
bersifat maha kuasa. Sikap ini
menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.
Metode
liberal bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa
perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam
yang secara wajar atau kodrat ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan
sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan
anak. Biarkanlah anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau
liberal.
Metode
demokratis bersumber dari teori konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan
manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar. Di dalam
perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi harus
bersifat membimbing perkembangan anak. Di sini tampak bahwa pendidik dan anak
didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki
Hadjar Dewantoro melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode
demokratis, yaitu Tut Wuri Handayani, ing madyo mangun karsa, ing ngarsa asung
tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang,
kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan kadang-kadang
harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.
9).Isi
Pendidikan
Isi
pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang
biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan
dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang
dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan
sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan
pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama.,
pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic,
pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani.
10).Lingkungan Pendidikan
10).Lingkungan Pendidikan
Lingkungan
pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan
pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi
pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan
berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural
ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis.
Ditinjau dari hubungan lingkungan dengan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat sesuatu yang ada di sekeliling anak.
Ditinjau dari hubungan lingkungan dengan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat sesuatu yang ada di sekeliling anak.
Terhadap
ketiga sumber utama input sistem pendidikan tersebut, dilakukan seleksi
berdasarkan tujuan, kebutuhan, efisiensi dan relevansinya bagi pendidikan.
Selain itu, seleksi dilakukan pula atas dasar nilai dan norma tertentu dengan
alasan bahwa pendidikan bersifat normatif. Hasil seleksi tersebut selanjutnya
diambil atau diterima sebagai input sistem pendidikan.
Input
sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1.
Input mentah (raw input), yaitu peserta
didik.
2.
Input
alat (instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, dll.
3.
Input
lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan
masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
proses pendidikan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi sebagaimana
dikemukakan di atas, selanjutnya akan membentuk komponen-komponen pendidikan
atau berbagai sub sistem pendidikan. Dalam hal ini dilakukan
diferensiasi sehingga setiap komponen memiliki fungsi-fungsi khusus. Namun
demikian, karena pendidikan adalah suatu sistem, maka pelaksanaan fungsi setiap
komponen pendidikan secara keseluruhan diarahkan demi pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
C. HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTAR KOMPONEN PENDIDIKAN
C. HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTAR KOMPONEN PENDIDIKAN
Keseluruhan
komponen-komponen Pendidikan diatas merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Input mentah (raw
input), yaitu peserta didik, Input alat (instrumental input) seperti:
kurikulum, pendidik, input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan
cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan makalah tentang komponen pendidikan, dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen pendidikan diatas merupakan saling berkaitan dan merupakan
satu kesatuan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengertian
Komponen Pendidikan adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan
berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat
diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan
keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses
mendidik, komponen-komponen itu yakni:
1). Tujuan Pendidikan,
2) Peserta Didik,
3) Pendidikan,
4).Orang Dewasa
5).Orang Tua
6).Guru/Pendidik di Sekolah
7).Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
8).Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
9).Isi Pendidikan
1). Tujuan Pendidikan,
2) Peserta Didik,
3) Pendidikan,
4).Orang Dewasa
5).Orang Tua
6).Guru/Pendidik di Sekolah
7).Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
8).Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
9).Isi Pendidikan
Input
sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Input mentah (raw input), yaitu peserta didik.
2.Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, dll.
3.Input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan.
1. Input mentah (raw input), yaitu peserta didik.
2.Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, dll.
3.Input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan.
Berbagai
jenis input pendidikan terseleksi sebagaimana dikemukakan di atas, selanjutnya
akan membentuk komponen-komponen pendidikan atau berbagai sub sistem
pendidikan. Dalam hal ini dilakukan diferensiasi sehingga setiap komponen
memiliki fungsi-fungsi khusus. Namun demikian, karena pendidikan adalah suatu
sistem, maka pelaksanaan fungsi setiap komponen pendidikan secara keseluruhan
diarahkan demi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
mksh ya ats makalahnya
BalasHapus